Islammerupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia.Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia. Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori
Kaligrafi adalah suatu ilmu dan seni menulis huruf Arab dengan indah, merangkai susunan huruf-huruf tunggal, letak-letaknya dan cara-cara merangkai menjadi sebuah kalimat tersusun, dimana rangkaian huruf-huruf itu dibuat dengan proporsi yang sesuai, baik jarak maupun ketepatan sapuan huruf, yang isinya mengenai ayat-ayat Al-Quran atau Kaligrafi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Kaligraphia atau Kaligraphos. Kata kaligrafi berasal dari Kallos yang berarti indah dan grapho yang artinya tulisan. Sehingga kata kaligrafi mempunyai dua unsur, yaitu tulisan aksara dan keindahan nilai estetis. Dalam bahasa Arab, kaligrafi disebut Khatt, yaitu dasar garis, coretan tangan, atau tulisan pena. Dengan demikian, Khatt atau kaligrafi adalah tulisan indah yang memiliki nilai estetis Hiyani, 2007.Kaligrafi merupakan suatu geometri spiritual yang dapat diekspresikan dengan perangkat fisik. Kaligrafi melahirkan suatu ilmu tersendiri tentang tata cara menulis, yang meneliti tentang tanda-tanda bahasa yang bisa dikomunikasikan, yang diperoleh secara proporsional dan harmonis, yang dapat dilihat secara kasat mata dan diakui sebagai susunan yang dihasilkan lewat kerja definisi dan pengertian kaligrafi dari beberapa sumber buku Menurut Al Qoshid 2000, kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya, dan cara-cara merangkai menjadi sebuah kalimat tersusun. Menurut Sirojuddin 2006, kaligrafi adalah seni menulis huruf Arab dengan indah yang isinya mengenai ayat-ayat Al-Quran atau Rahman 2006, kaligrafi adalah rangkaian huruf-huruf hijaiyah yang memuat ayat-ayat Al-Quran maupun Al-Hadist ataupun kalimat hikmah dimana rangkaian huruf-huruf itu dibuat dengan proporsi yang sesuai, baik jarak maupun ketepatan sapuan Kaligrafi Menurut Sirojuddin 2006, kaligrafi arab terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu1. Tsulust Tulisan Tsulust merupakan tulisan yang sangat tua yang populer pada dekade awal periode Dinasti Abbasiyah, pada akhir abad kedelapan Masehi. Tulisan kaligrafi gaya Tsuluts sangat ornamental, dengan banyak hiasan tambahan dan mudah dibentuk dalam komposisi tertentu untuk memenuhi ruang tulisan yang tersedia. Karena keindahan dan keluwesannya ini, gaya Tsuluts banyak digunakan sebagai ornamen arsitektur masjid, sampul buku, dan dekorasi kaligrafi yang menggunakan gaya Tsuluts bisa ditulis dalam bentuk kurva, dengan kepala meruncing dan terkadang ditulis dengan gaya sambung dan interseksi yang kuat. Bentuk dan lekukan hurufnya jelas dan gagah. Keindahannya terletak pada penataan hurufnya yang serasi dan sejajar dengan disertai harakat dan hiasan-hiasan huruf, sehingga jenis ini mempunyai nilai keindahan yang tinggi dibandingkan dengan jenis khat Naskhi Kaligrafi gaya Naskhi paling sering dipakai umat Islam, baik untuk menulis naskah keagamaan maupun tulisan sehari-hari. Gaya Naskhi termasuk gaya penulisan kaligrafi tertua. Sejak kaidah penulisannya dirumuskan secara sistematis oleh Ibnu Muqlah pada abad ke-10, gaya kaligrafi ini sangat populer digunakan untuk menulis mushaf Alquran sampai sekarang. Karakter hurufnya sederhana, nyaris tanpa hiasan tambahan, sehingga mudah ditulis dan aliran ini disebabkan karena adanya iringan harakat atau syakal walaupun pembentukannya sederhana. Atas dasar itulah, Naskhi sering dipakai untuk menyalin terjemahan dari naskah-naskah Yunani, India, Persia dan lain-lain pada zaman keemasan Islam. Selain dipakai untuk menyalin naskah Arab, aliran ini juga bisa dipakai dalam seni dekorasi ataupun lukisan Arab meskipun kurang cocok dengan Kufi Gaya penulisan kaligrafi ini banyak digunakan untuk penyalinan Alquran periode awal. Karena itu, gaya Kufi ini adalah model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrafi. Gaya ini pertama kali berkembang di Kota Kufah, Irak, yang merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7 kufi mempunyai ciri istimewa dan berbeda dengan khatkhat lain. Khat kufi mudah dikenal, sifatnya yang bersudut-sudut atau bersegi, mempunyai ukuran yang seimbang dan spesifik khat ini nampak lebih kokoh dan ringkas. Sapuan garis vertikalnya pendek manakala sapuan garis horizontal memanjang dalam ukuran yang sama lebar. Maka ini akan menyebabkan tulisan khat kufi kelihatan berbentuk segi empat panjang. Hal yang penting dalam menulis khat ini ialah menekankan bahwa khat kufi dari jenis tulisan yang Riqâah Kaligrafi gaya Riqâah merupakan hasil pengembangan kaligrafi gaya Naskhi dan Tsuluts. Riqâah dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Utsmaniyah, lazim pula digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis lainnya. Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa harakat, sehingga memungkinkan untuk ditulis cepat. Khat ini digunakan sebagai tulisan harian di sekolah, kantor untuk berbagai kebutuhan, urusan bisnis dan rumah Ijazah Raihani Tulisan ini diciptakan pertama kali oleh Ibnu Al-Bawwab sebagai pecahan yang dikembangkan dari asalnya yaitu Naskhi, Tsuluts, dan Muhaqqaq. Perbedaan khat Raihani dengan Tsulutsi terletak pada pukulan garis yang lurus dan tajam mulus. Adapun corak yang membedakan dengan Muhaqqaq adalah bentuk poros/pusat lekukan yang tak pernah tersumbat. Gaya ini lazim digunakan untuk penulisan ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. Karakter hurufnya seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak lazim ditulis secara bertumpuk murakkab.6. Diwani Gaya kaligrafi Diwani dikembangkan oleh kaligrafer Ibrahim Munif. Kemudian, disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah dan kaligrafer Daulah Usmani di Turki akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16. Gaya ini digunakan untuk menulis kepala surat resmi kerajaan. Karakter gaya ini bulat dan tidak berharakat. Keindahan tulisannya bergantung pada permainan garisnya yang kadang-kadang pada huruf tertentu meninggi atau menurun, jauh melebihi patokan garis horizontalnya. Model kaligrafi Diwani banyak digunakan untuk ornamen arsitektur dan sampul Diwani Jali Gaya Diwani Jali merupakan pengembangan gaya Diwani. Gaya penulisan kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hafiz Usman, seorang kaligrafer terkemuka Daulah Usmani di Turki. Anatomi huruf Diwani Jali pada dasarnya mirip Diwani, namun jauh lebih ornamental, padat, dan terkadang bertumpuk-tumpuk. Berbeda dengan Diwani yang tidak berharakat, Diwani Jali sebaliknya sangat melimpah. Harakat yang melimpah ini lebih ditujukan untuk keperluan dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi sebagai tanda baca. Karenanya, gaya ini sulit dibaca secara selintas. Biasanya, model ini digunakan untuk aplikasi yang tidak fungsional, seperti dekorasi interior masjid atau benda Farisi Kaligrafi gaya Farisi dikembangkan oleh orang Persia dan menjadi huruf resmi bangsa ini sejak masa Dinasti Safawi sampai sekarang. Kaligrafi Farisi sangat mengutamakan unsur garis, ditulis tanpa harakat, dan kepiawaian penulisnya ditentukan oleh kelincahannya mempermainkan tebal-tipis huruf dalam takaran yang tepat. Gaya Farisi memiliki kecenderungan kemiringan huruf ke kanan yang tidak terjadi pada khat jenis lainnya dan ditulis tanpa harakat ataupun hiasan. Khat ini sampai sekarang masih tetap dipakai oleh orang-orang Iran, Pakistan, baik formal maupun Seni Kaligrafi Penulisan huruf Arab awal mula berkembang pada masa Ummayyah 661-750 M, khususnya pada masa Abdul Malik ibn Marwan 685-705 M. Abdul Malik mengumumkan tulisan Arab sebagai tulisan resmi Negara. Semua dokumen penting ditulis dalam huruf Arab. Dua tulisan baru Arab muncul pada masa ini, yaitu Thumar dan Jalil yang diiptakan oleh kaligrafi ternama Qutbah al-Mihr. Thumar kemudian dijadikan tulisan resmi UmmayyahMenurut Huda 2003, perkembangan seni kaligrafi di Arab terbagi menjadi beberapa periode, yaituPada awalnya muncul gaya kufi yang belum ada tanda bacanya I'jam. Kemudian pada abad ke-7 H timbul pemikiran mengenai tanda baca tulisan abjad Al-Quran yang dipelopori oleh seorang ahli bahasa, Abdul Aswad ad-Du'ali yang kemudian usahanya dikembangkan oleh muridnya sehingga mencapai tahap kesempurnaan. Pada paro abad ke-8 gaya kufi mencapai keelokan bentuknya sehingga bertahan lebih dari tiga ratus tahun. Sampai abad ke-11H gaya kufi telah memperoleh lebih banyak tambahan seni kedua di mulai dari akhir pemerintahan bani Ummayah hingga pertengahan kekuasaan bani Abbasiyah di Baghdad yaitu pada khalifah al-Makmum. Pada masa ini muncul modifikasi dan pembentukan gaya-gaya lain selain kufi, sehingga dalam tahap perindahan dan pertumbuhan pada periode ini ditemukan enam rumus pokok Al-Aqalam Assittah yaitu, Tsuluts, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riq'iy, dan Tauqi'. Selain itu, tercatat sekitar 24 gaya yang muncul dan berkembang pada periode ini, bahkan ada yang mencatat bahwa kaligrafi Arab sampai mencapai 36 penyempurnaan dan perumusan kaidah penulisan huruf oleh Abu Ali Muhammad ibn Muqlah dan saudaranya Abu Abdullah Hasan ibn Muqlah dengan periode Al-Khath Al-Mansub ukuran standar bentuk kaligrafi Ibn Muqlah sengat berjasa dalam membangun gaya Naskhi dan Tsuluts. Di samping itu, ia juga memodifikasi sekitar 14 gaya kaligrafi serta menentukan 12 kaidah untuk pegangan seluruh dari pengembangan dari rumusan Ibnu Muqlah oleh Ibnu al-Bawwab, yang nama aslinya Abu Hasan Ali ibn Hilal, berhasil menemukan gaya lebih gemulai Al Mansub Al Faiq, pertautan yang indah. Gaya kesukaan ialah khat Naskhi dan khat Muhaqqaq. Abu Hasan juga menambahkan zukhrufah corak hiasan pada 13 gaya kaligrafi yang menjadi eksperimennya. Periode pengolahan khat dan pemikiran tentang metode hiasan baru dengan penyesuaian pena bambu, yaitu dengan pemotongan miring, oleh sang Qiblatul Kuttab, Jamaluddin Yaqut al-Musta'shimi. Beliau juga mengolah gaya Al-Qalam as-Sittah yang masyhur pada periode kedua dengan sentuhan kehalusan penuh estetik serta mengembalikan hukum-hukum atau kaidah Ibnu Muqlah dan Ibnu al-Bawwa pada dasar geometris dan titik rhombic yang elok dan popular, Yaqut telah berhasil mengembangkan gaya baru tulisan Tsuluts, yang kemudian masyhur dengan gaya Yaquti. Di masa inilah para kaligrafer dengan penuh antusias mampu menghasilkan ciptaan gaya baru, bahkan hingga ratusan gaya. Periode munculnya gaya baru pada masa dinasti Memeluk di Mesir 1252-1517 M dan dinasti Safawi di Persia 1502-1736 M, yaitu gaya ta'liq farisi yang disempurnakan oleh kaligraf Abdul kaligrafi Arab terus berkembang ke berbagai pelosok negeri seperti Mesir pada masa Dinasti Mameluk 1205-1736 M muncul Taj Salmani yang menemukan gaya Farisi yang disempurnakan sebagai gaya Ta'iq oleh Abdul Hayy. Pada masa ini muncul juga Nastaliq yang ditemukan oleh Mir Ali Sulthan at-Tabrizi dengan gaya Syikashth yang ditemukan oleh Darwys Abd. Al-Majid Turki juga berkembang pada masa Dinasti Ustmani 1281-1924 dengan munculnya Syeikh Hamdullah al-Amasy yang menyempurnakan rumus-rumus dan gaya tulisan yang sudah ada, dan Ibrahim Munif menyempurnakan gaya Diwani. Sedangkan Hafizh Ustman 1624-1698 M disamping menyempurnakan gaya Naskhi dan Tsuluts juga menemukan gaya Diwani Jali. Kemudian pada abad selanjutnya, diteruskan oleh PustakaSirojuddin, 2006. Seni Kaligrafi Islam. Bandung Remaja A. 2006. Metode Belajar Bahasa Arab. Surabaya N. 2003. Melukis Ayat Tuhan Pengantar Praktis Berkaligrafi Arab. Yogyakarta Gama Media Offset.
MAKALAHKESENIAN TENTANG SENI BUDAYA DI INDONESIA SMK CITRA PARIWISATA BOGOR Jalan Raya Cibeuruem Indah, Gang Kabayan No.38, RT.05 RW.03, Mulyaharja, Bogor Selatan, Mulyaharja, Bogor Sel., Kota Bogor, Jawa Barat 16135, Indonesia Di susun oleh : MIFTAHUDIN KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah kita haturkan kehadirat Allah SWT,karena sampai
Abstrak Tulisan ini berkaitan dengan seni kaligrafi Islam di Indonesia. Permasalahan utama yang dikaji adalah mengenai perkembangan seni kaligrafi Islam di Indonesia sejak masuk Islam masuk di Nusatara. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode pustaka dengan menelusuri dokumen terkait dan artefak karya kaligrafi yang dihasilkan oleh orang-orang di Nusantara. Hasil kajian menunjukkan bahwa perkembangan seni kaligrafi Islam di Indonesia telah menyusuri periode panjang melalui Angkatan Perintis, Angkatan Orang-orang Pesantren, Angkatan Pelukis dan Pendobrak, dan Angkatan Kader MTQ. Masing-masing periode memiliki khas dan warna tersendiri. - Abstract This article is discussing about Islamic caligraphy in Indonesia. The main problems that will be discussed here is about Islamic Caligraphic Art in Indonesia since the religion of Islam entered Nusantara. In collecting the data, this research uses library method by searching documents relating to it and the caligraphic work archeology resulted by people in Nusantara. The result of this research shows that the Islamic Caligraphic Art development in Indonesia had run through a long period via the New Order, the era of Islamic students santri, the painter era, the revolutioner era, and the candidate era of MTQ. Each periode has its own characteristic and its nature. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Sirojuddin AR Perkembangan Kaligrafi ⌠219 Peta Perkembangan Kaligrafi Islam di Indonesia Sirojuddin A. R. Abstrak Tulisan ini berkaitan dengan seni kaligrafi Islam di Indonesia. Permasalahan utama yang dikaji adalah mengenai perkembangan seni kaligrafi Islam di Indonesia sejak masuk Islam masuk di Nusatara. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode pustaka dengan menelusuri dokumen terkait dan artefak karya kaligrafi yang dihasilkan oleh orang-orang di Nusantara. Hasil kajian menunjukkan bahwa perkembangan seni kaligrafi Islam di Indonesia telah menyusuri periode panjang melalui Angkatan Perintis, Angkatan Orang-orang Pesantren, Angkatan Pelukis dan Pendobrak, dan Angkatan Kader MTQ. Masing-masing periode memiliki khas dan warna tersendiri. Kata kunci kaligrafi, seni, Islam, budaya, Arab, and Indonesia. Abstract This article is discussing about Islamic caligraphy in Indonesia. The main problems that will be discussed here is about Islamic Caligraphic Art in Indonesia since the religion of Islam entered Nusantara. In collecting the data, this research uses library method by searching documents relating to it and the caligraphic work archeology resulted by people in Nusantara. The result of this research shows that the Islamic Caligraphic Art development in Indonesia had run through a long period via the New Order, the era of Islamic students santri, the painter era, the revolutioner era, and the candidate era of MTQ. Each periode has its own characteristic and its nature. Keywords Caligraphy, art, Islam, culture, Arab, and Indonesia Pesantren Lembaga Kaligrafi, Sukabumi 220 Al-TurÄᚥ Vol. XX Januari 2014 A. Pendahuluan Kaligrafi atau khath merupakan salahsatu cabang seni Islam yang banyak menarik untuk dibicarakan. Salah satu daya tarik yang banyak mendapat perhatian para penulis sejarah dan kebudayaan adalah tentang dinamika pertumbuhannya yang heroik melebihi mazhab-mazhab tulisan lain di dunia. Dalam artikel âInternational Islamic Calligraphy Competitionâ dinyatakan bahwa kaligrafi Islam sering disebut âseninya seni Islamâ the art of Islamic art, menunjukkan bahwa kaligrafi mempunyai makna yang luhur, dan kedudukannya dalam kesatuan ruang dan waktu bagi kebudayaan Islam tidak diragukan lagi. Selama lebih 14 abad kaligrafi memainkan peran dominan yang mengisi hiruk pikuk perjalanan seni Islam secara menyeluruh. Pertumbuhan kaligrafi yang pesat dan penerimaannya yang final dari kaum muslimin tidak lepas dari pengaruh Al-Qurâan yang sejak diturunkannya berbicara tentang perintah membaca dan menulis QS Al-Alaq/96 1-5 dan ayat-ayat lain tentang tulisan dengan perangkat-perangkatnya yang jadi motivator penggerak pertumbuhannya yang pesat. Gambaran yang jelas tentang lambatnya pertumbuhan kaligrafi Arab sebelum diturunkannya Al-Qurâan, terlihat dari hanya adanya dua gaya kuno aksara Arab yaitu Musnad dan Nabati selama sekitar tahun sejak periode Hiroglip hingga masa kedatangan Islam. Masyarakat Arab sebelum Islam dikenal Lihat dalam Arts & The Islamic World, London, 1987, Vol. 4, No. 3 D. Sirojuddin AR, âAl-Qurâan dan Reformasi Kaligrafi Arabâ, Ulumul Qurâan, no. 3, Oktober-Desember 1989, hal. 52 nomaden yang tidak memungkinkan hidup tumbuh dan berkembang bersama perkembangan kegiatan baca tulis, dan umumnya mereka mengenal tulisan dan bacaan hanya beberapa saat menjelang kedatangan Islam. Tetapi sejak diturunkannya Al-Qurâan yang merupakan awal pergerakan agama Islam hingga hanya 70 tahunan kemudian di zaman Daulah Bani Abbas, kaligrafi tumbuh berkembang menjadi ratusan gaya. Habibullah Fadaâili di dalam kitabnya Athlas al-Khath wa al-KhuthĂťth melukiskan pesatnya pertumbuhan kaligrafi setelah Al-Qurâan diturunkan dengan mengemukakan 6 periode berikut Periode Pertama pertumbuhan permulaan, saat khat Kufi belum bertanda baca yang menyebabkan tersendatnya fungsi bacaan. Berkat usaha Abu al-Aswad al-Duâali w 69 H dan penerus-penerusnya, kesulitan tersebut dapat diselesaikan dengan dirumuskannya tanda baca. Periode Kedua pertumbuhan semesta, dimulai dari akhir kekuasaan Banu Umaiyah dan awal Banu Abbas hingga zaman kekuasaan Al-Makmun, ditandai dengan periode modifikasi dan pembentukan gaya-gaya, hingga periode pengelokan dan penghimpunan mazhab-mazhab baru. Dalam catatan Ibn Nadim Al-Fihrist 17 dan 18, pada periode ini lahir 24 gaya khat. Karena besarnya Abd al-Fattah Ubbadah, Intisyâr al-Khath al-Arabi fi al-Alam asy-Syarqi wa al-Alam al-Gharbi, Kairo Maktabah al-Kulliyyat al-Azhariyah, cet. .ke- 2, hal. 5 Lihat Habibullah Fadhaâili, Atlas al-Khaht wa al-Khuthuth, Damaskus Dâr ath-Thalâs, 1933, cet. ke- 1, hal. 10-13 Sirojuddin AR Perkembangan Kaligrafi ⌠221 semangat âperburuanâ para khattat, jumlah itu membengkak jadi 36 gaya. Periode Ketiga, penyempurnaan anatomi huruf oleh Ibn Muqlah w 328 H dan saudaranya Abu Abdillah. Ia mengkodifikasi kaligrafi berstandar atas 14 aliran yang dipilihnya, kemudian menentukan 12 kaidah yang jadi pegangan untuk seluruh aliran. Periode Keempat, pengembangan pola-pola khat yang dikodifikasi Ibn Muqlah sebelumnya. Tugas ini dipelopori oleh Ibn Bawwab w 413 H yang menambahkan unsur-unsur zukhrufah penghias pada 13 khat yang jadi elemen eksperimennya. Periode Kelima, merupakan masa pembedahan dan pengolahan gaya-gaya dan penetapan al-Aqlâm as-Sittah Tulisan Enam, yaitu Sulus, Naskhi, Raihani, Muhaqqaq, Tauqiâ, dan Riqaâ yang ditemukan pada periode kedua sebagai masterpiece. Tugas ini dipandu oleh Yaqut al-Mustaâsimi w 698 H. Yaqut mengembalikan hukum-hukum Ibn Muqlah dan Ibn Bawwab pada asas geometri dan titik yang populer di zamannya, sambil memperhalus gaya-gaya yang sedang berkembang. Sampai periode ini, para kaligrafer sangat Hukum-hukum Ibn Muqlah adalah aturan atau tatacara menulis yang benar yang dikenal dengan istilah al-Khath al-MansĂťb kaligrafi berstandar. Dalam rumusan Ibn Muqlah, huruf haruslah didisain dengan alat pengukur alif, titik, dan lingkaran agar sesuai dengan standar anatominya. Sedangkan Ibn Bawwab selain berhasil menyempurnakan dan memperelok Tulisan Enam al-Aqlâm as-Sittah, dikenal sebagai perancang hiasan zukhrufah mushaf yang terdiri dari tiga bagian, yaitu 1 hiasan dasar tulisan, 2 hiasan bingkai, dan 3 alamat tanda-tanda ayat sajdah dan halaman yang tersusun di permulaan dan akhir mushaf, dan penulisan nama-nama surat, hitungan ayat, kata-kata, dan huruf Al-Qurâan. Lihat Safadi, Islamic Calligraphy, London Thames and Hudson Limited, 1978, hal. 17-18 ambisius menggali penemuan-penemuan baru, hingga melahirkan ratusan jenis khat, yang merupakan pengembangan gaya-gaya terdahulu. Periode Keenam, ditandai munculnya tiga gaya khat Taâliq, Nastaâliq, dan Shikasteh pada tiga dekade, utamanya dari tangan-tangan para kaligrafer Iran. Angkatan ini dimulai pada abad 6 dan 7 H, dan masuk pada periode pematangan aliran-aliran di abad 8 dan 9 H. Kelahiran tiga gaya ini bukannya menghentikan proses perkembangan, malah merupakan titik pijak ditemukannya olahan-olahan baru yang menunjukkan dinamika penemuan gaya-gaya baru tambah menggemuruh. Bagaimana dengan perkembangan seni kaligrafi di Indonesia? Tulisan ini berusaha menjawab pertanyaan ini dengan menggunakan pendekatan sosial historis. Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan metode pustaka dan artefak karya kaligrafi yang dihasilkan oleh orang-orang di Nusantara. B. Pembahasan Berbeda dengan belahan dunia Islam pada periode-periode yang disebutkan terdahulu, Indonesia tidak melahirkan corak, gaya atau aliran kaligrafi yang khas, seperti yang terjadi pada arus perkembangannya di Dunia Islam umumnya. Pertumbuhan yang ada hanyalah âpertumbuhan pemakaian kaligrafiâ yang ada untuk kebutuhan-kebutuhan primer yang bersifat fungsional seperti untuk menyalin Al-Qurâan atau teks-teks keagamaan yang berkembang ke aneka lukisan di pelbagai media. 222 Al-TurÄᚥ Vol. XX Januari 2014 Perkembangan ini telah menyusuri periode panjang melalui Angkatan Perintis, Angkatan Orang-orang Pesantren, Angkatan Pelukis dan Pendobrak, dan Angkatan Kader MTQ. Tetapi, perkembangannya yang menyolok muncul dari kegiatan lomba yang diselenggarakan di pelbagai event, yang paling populer di antaranya adalah event Musabaqah Kaligrafi pada setiap penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qurâan MTQ yang dimulai dari tingkat Desa hingga tingkat Nasional. a Angkatan Perintis abad 13-19 M Seni menulis halus Arab yang populer dengan khat atau kaligrafi sudah dikenal semenjak kedatangan Islam di Indonesia. Bukti kaligrafi paling tua terdapat pada nisan-nisan kuno yang sebahagiannya dibawa dari luar Indonesia. Sedangkan bukti yang lebih mutakhir diperoleh dari sumber-sumber media seperti kitab, mushaf Al-Qurâan tua atau naskah perjanjian qaulul haq. Aksara Arab pada angkatan ini digunakan pula untuk naskah-naskah Istilah musabaqahâ untuk lomba tilawah al-Qurâan pertama kali dipakai di Indonesia tahun 1953-1954 di Pontianak diikuti oleh para qari dari Pontianak, Sambas, dan Ketapang. Sedangkan Musabaqah Tilawatil Qurâan MTQ Nasional pertama diselenggarakan tahun 1968 di Ujung Pandang. Sejak MTQ Nasional I sampai saat ini, cabang dan golongan yang dimusabaqahkan terus bertambah. Dalam MTQ Nasional XXIV tahun 2012 di Ambon, cabang-cabang yang dimusabaqahkan adalah Tilawah Al-Qurâan, Hifzh Al-Qurâan, Tafsir Al-Qurâan, Fahm Al-Qurâan, Syarh Al-Qurâan, Khat Al-Qurâan, dan Makalah Ilmiah Al-Qurâan. Tentang hal ini, lihat 25 Tahun Musabaqah Tilawatil Qurâan dan 17 Tahun Lembaga Pengembangan Tilawatil Qurâan, Jakarta LPTQ Tingkat Nasional, 1415 H/1994 M, h. 2 dan 18. Lihat pula Pedoman Musabaqah Al-Qurâan 2010, Jakarta LPTQ Tingkat Nasional, 2012, hal. viii-xi berbahasa Melayu atau Indonesia yang disebut Pegon, huruf Jawi atau huruf Melayu. Kaligrafi lafal La ilaha illallâh, Muhammadun RasĂťlullâh dikibarkan pula di panji-panji peperangan terbuka antara pasukan Islam dan non-Islam di Contoh mushaf Al-Qurâan tua dari Kesultanan Sumbawa 1785, dan Serat Ambiya dengan huruf Pegon atau abad ke-18 sampai abad ke-20, kaligrafi tidak lagi bersumber pada makam, tetapi beralih kepada kegiatan kreasi seniman Indonesia yang diwujudkan dalam aneka media seperti kertas, kayu, logam, dan medium lainnya. Banyak Al-Qurâan tua yang ditulis pada waktu ini seiring hadirnya kertas impor pada abad ke-17. Sejak abad ke-17 dan sesudahnya, ada D. Sirojuddin AR, âPotret dan Potensi Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesiaâ dalam 25 Tahun Musabaqah Tilawatil Qurâan dan 17 Tahun Lembaga Pengembangan Tilawatil Qurâan, Jakarta LPTQ Nasional, 1415 H/1994 M, hal. 119 D. Sirojuddin AR, Pengantar Kuliah Seni Islam, Jakarta Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004, hal. 33 Hasan Muarif Ambary, âKaligrafi Islam Indonesia Dimensi dan Signifikasinya dari Kajian Arkeologiâ, Pidato Pengukuhan Jabatan Ahli Penelitian Utama pada Puslit Arkenas, di Jakarta, 18 Februari 1991 Sirojuddin AR Perkembangan Kaligrafi ⌠223 kecenderungan seniman muslim untuk menggambar makhluk bernyawa dengan lafal ayat-ayat Al-Qurâan, kaul ulama atau simbol kepahlawanan Ali ibn Abi Thalib kaligrafi Macan Ali dan Fatimah. Karya seperti ini biasanya merupakan produk keraton Cirebon, Yogyakarta, Surakarta atau Palembang. Sampai tahun 1960-an, lukisan kaligrafi berwajah binatang Buraq atau wayang banyak ditemukan di pelosok Sumatera dan Tipe kaligrafi Macan Ali dan wayang, produk angkatan tua seniman IndonesiaSampai akhir periode ini, tidak ada khattat atau seniman kaligrafi yang dikenal namanya. Sementara tipe-tipe huruf yang digunakan mengacu ke gaya-gaya Kufi, Naskhi, Tsuluts, Muhaqqaq, Raihani, Tauqiâ, dan Riqaâ. Kufi dan Naskhi paling banyak digunakan pada makam dan naskah kuno. Lihat juga Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, Jakarta Logos, 1419 H/1998 M, cet. ke-1, hal. 176-177 D. Sirojuddin AR, âLukisan Tembok, Kaligrafi, dan Arabesâ [Artikel] dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Pemikiran dan Peradaban, Jakarta PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002, hal. 299 b Angkatan Orang-orang Pesantren 1900-2000an M Kaligrafi mengalami pertumbuhan seiring pertumbuhan pesantren yang dirintis oleh para wali. Pesantren perintis dikenal antara lain Giri Kedaton, Pesantren Ampel Denta di Geresik, dan Pesantren Syekh Quro di kaligrafi diberikan mengiringi pelajaran Al-Qurâan, fikih, tauhid, tasawuf, dan lain-lain. Tulisan yang diajarkan mula-mula sangat sederhana dan belum bernilai estetis, namun masih mempertimbangkan gaya-gaya Kufi, Naskhi, dan Farisi yang asal condong ke tulisan tampak pada anatomi huruf yang kurang harmonis dengan kaidah, digunakannya peralatan tulis yang bersahaja seperti tinta dari arang kuali atau asap lampu blendok, dan penggunaana media yang hanya terbatas pada kertas. Pelajaran khat ini umumnya tidak secara resmi diajarkan dan masuk kurikulum, kecuali di beberapa pesantren seperti Pondok Moderen Gontor dan cabang-cabangnya. Buku-buku kaligrafi juga belum banyak dikenal. Buku pelajaran khat pertama keluar tahun 1961 berjudul Tulisan Indah karangan Muhammad Lihat juga âPeriode Awal Sejarah Syekh Quroâ dalam majalah Promo Karawang, ed. V, Februari-April 2012, hal. 10-15 D. Sirojuddin AR, Keterampilan Menulis Kaligrafi Bagi Santri Pondok Pesantren Pola Penyelenggaraan Pondok Pesantren Model Pengembangan Ilmu dan Ketrampilan, Jakarta Departemen Agama RI, 2001, hal. 40 D. Sirojuddin AR, âMemacu Pendidikan Seni Kaligrafi Al-Qurâan di Indonesiaâ, makalah Dialog Pengembangan Kaligrafi dalam Rangka MTQ Mahasiswa Nasional XI 2009, 25 Juli s/d 2 Agustus 2009, di Lhokseumawe 224 Al-TurÄᚥ Vol. XX Januari 2014 Abdul Razzaq Muhili, seorang khattat pertama yang paling aktif menulis khat di buku-buku agama, disusul 10 tahun kemudian 1971 buku Khat, Seni Kaligrafi Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab karangan Abdul Karim Husein dari Kendal. Sejak tahun 1985, muridnya Abdul Razzaq, D. Sirojuddin AR, mulai mengarang puluhan buku kaligrafi meneruskan kerja yang dirintis gurunya. Pelopor angkatan ini adalah Abdul Razzaq Muhili dari Tangerang, H. Darami Yunus dari Padang Panjang, H. Salim Bakasir, Prof. Salim Fachry penulis Al-Qurâan Pusaka atas titah Presiden Soekarno dari Langkat, dan Rofiâi Karim dari Probolinggo. Gambar II. 9. Karya khattat pelopor Abdul Razaq Muhili QS An-Nabaâ ayat 6-10, 1983 dan muridnya, D. Sirojuddin AR Tali Nan Tak Pernah Putus, 2001.Angkatan teraktif yang menyusul kemudian sampai angkatan termuda tahun 1990-an antara lain Muhammad Muhammad Abdul Razaq Muhili, Tulisan Indah, Jakarta Djaja Murni, 1380 H/1961 M, cet. ke-1 Abdul Karim Husain, Khath Seni Kaligrafi, Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab, Kudus Menara Kudus, 1971 D. Sirojuddin AR, Pengantar Kuliah Seni Islam, hal. 35 Syadzali, Faiz Abdul Razzaq dan M. Wasi Abdul Razzaq ketiganya murid dan dua tersebut terakhir anak-anak Abdul Razzaq, K. Mahfuzh Hakim dari Ponorogo, Rahmat Arifin dari Malang, D. Sirojuddin AR muridnya Abdul Razzaq dan Salim Fachry dari Cirebon, Ishaq dari Jakarta, Nur Aufa Shiddiq dari Kudus, Ali Akbar dari Purworejo, Chumaidi Ilyas dari Bantul, H. Irhash A. Shamad dari Padang, H. Muhammad âCut Matâ Ibrahim dari Banda Aceh, dan Misbahul Munir muridnya Rofiâi Karim dari Gresik. Intensitas pengembangan kaligrafi di Indonesia selanjutnya dipelopori oleh Sirojuddin dengan menulis banyak buku kaligrafi, melatih kader di pelbagai daerah, dan mendirikan Lembaga Kaligrafi Alquran Lemka di Jakarta tahun 1985 dan Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka di Sukabumi tahun 1998. Sejak tahun 1970-an hingga 2000-an, pesantren juga memunculkan para khattat yang sering mengkhususkan diri pada penulisan mushaf, buku agama, dan dekorasi mesjid dengan mengkombinasi gaya-gaya Tsuluts, Naskhi, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi, dan Riqâah. Di antara pelopor dalam bidang ini adalah H. Azhari Noor dekorator pertama Masjid Agung Al-Azhar Jakarta dari Padang, H. Amir Hamzah Zaman dari Madura, dan H. Basyiroen Hasan dari Jakarta, disusul angkatan muda seperti Abdul Azis Asmuni dari Situbondo, Iskandar Syatiri dari Bekasi dan Eddy Syakroli dari Bekasi, Mahmud Arham dari Tangerang, Saefullah dari Tasikmalaya, Muktamar dari Pekanbaru, Momon Abdurrahman Syarif dari Kuningan, Ujang Badrussalam dari Lebak, Isep Misbah dari Sukabumi, Ahmad Hawi Hasan dari Bogor, Muksin Sirojuddin AR Perkembangan Kaligrafi ⌠225 Sudirja dari Karawang, Syaharuddin dari Makassar, dan lain-lain. Tradisi menghiaskan kaligrafi di bangunan mesjid ini tergolong ke masa moderen, sebab dari data sejarah perkembangan mesjid kuno di Indonesia, jarang atau tidak ada karya kaligrafi Islam di mesjid kuno hingga abad ke-16 yang asli dibuat di zamannya, kecuali sekedar penggunaan huruf Jawi seperti di Masjid Mantingan, Jepara dan Masjid Sendangduwur Paciran, Jawa membangkitkan seni mushaf yang melibatkan para santri juga muncul sejak Festival Istiqlal I tahun 1991 dengan ditulisnya Mushaf Istiqlal 1991-1995, disusul kemudian oleh Mushaf Sundawi 1997, Mushaf Ibu Tien Soeharto, Mushaf Jakarta, Mushaf Kalimantan Barat, Mushaf Sukabumi, dan Mushaf Al-Bantani. Mushaf-mushaf berukuran raksasa ini tampil dengan gaya lebih estetis dibandingkan mushaf-mushaf kuno yang ditulis sepanjang akhir abad ke-16 hingga abad Angkatan Pelukis dan Pendobrak 1970-1980an M Pada saat masyarakat semakin sadar akan arti dan pentingnya seni kaligrafi, muncullah suatu gerakan untuk âlebih menyadarkanâ para khattat/kaligrafer dan seniman, khususnya kalangan muda, untuk lebih Hasan Muarif Ambary, Kaligrafi Islam Indonesia, hal. 18 Lihat katalog Programme Book Peopleâs Islamic Cultural Festival Festival Istiqlal 1995, katalog Perkembangan Mushaf, Terjemahan, dan Tafsir Al-Qurâan di Indonesia, dan katalog Bayt Al-Qurâan & Museum Istiqlal Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qurâan Balitbang dan Diklat Kemenag RI, 2012 meningkatkan apresiasi dan teknik mengolah kaligrafi di aneka media yang tak terbatas. Gerakan ini muncul di tahun 1970-an seiring kemunculan para pelukis yang mempopulerkan apa yang kemudian disebut âlukisan kaligrafiâ atau âkaligrafi lukisâ, untuk membedakannya dari âkaligrafi murniâ atau âkaligrafi tradisionalâ yang dikenal selama gerakan ini adalah para seniman kampus seni rupa yang dipelopori oleh Prof. Drs. H. Ahmad Sadali ITB Bandung asal Garut,diiringi kemudian oleh Prof. Drs. Pirous ITB Bandung asal Aceh, Prof. Dr. H. Amri Yahya ASRI Yogyakart asal Palembang, dan Amang Rahman AKSERA Surabaya asal Madura. Para tokoh seni rupa ini memanfaatkan keluwesan aksara Arab di mana sosok kaligrafi sangat tegas ditonjolkan dengan penyerasian unsur-unsur rupa lainnya yang telah lebur dalam gaya pribadi masing-masing seniman dengan memandang âkaligrafi sebagai bagian D. Sirojuddin AR, âKaligrafi dalam Karya Lukis Indonesia Mutakhir di Antara Modifikasi Gaya Kaligrafi Tradisionalâ, pada Sarasehan Kaligrafi Islam, SCTV untuk memeriahkan Festival Istiqlal II 1995, 15 Vovember 1995, di Galeri Cipta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Lihat katalog Pameran Maestro Seni Rupa Indonesia Sadali Karya, Pemikiran, Penafsiran, Jakarta Galeri Nasional Indonesia, 25 juni-14 Juli 2014 Lihat Kenneth M. George & Mamannoor, Pirous Vision, Faith and a Journey in Indonesian Art, 1955-2002, Bandung Yayasan Serambi Pirous, 2002 Lihat Pameran Lukisan Amri Pameran Catatan Perjalanan Seni Lukis Batik Amri Yahya Beserta Beberapa Lukisan Cat Minyak & Cat Air, Jakarta Taman Ismail Marzuki, 7-16 November 1989 Lihat Henri Nurcahyo & Mamannoor, Ambang Cakrawala Seni Lukis Amang Rahman Jubair, Jakarta Yayasan Kembang Jati, 2001 226 Al-TurÄᚥ Vol. XX Januari 2014 integralâ dari ide dasar lukisan yang bermakna religius. Para seniman rupa ini memandang kaligrafi benar-benar mengandung unsur-unsur ideoplastis yang tidak hanya selesai pada angkatan dan âmazhab kaligrafi lukisâ ini mulai muncul dalam Pameran Lukisan Kaligrafi Islam Nasional saat MTQ Nasional ke-11 di Semarang 1979 dan pameran pada Muktamar Pertama Media Massa Islam se-Dunia di Balai Sidang Jakarta 1980 yang diikuti oleh pameran-pameran selanjutnya. Cara menggarap âlukisanâ kaligrafi yang sangat mementingkan latar belakang pewarnaan yang diperoleh dari kepekaan rasa, bersifat spontan dan bebas sehingga kerap mengabaikan grammar kaligrafi tradisional ini segera saja diikuti secara luas oleh kaula muda di Tanah Air. Pelukis kaligrafi generasi kedua yang muncul kemudian, dapat disebut di antaranya adalah Syaiful Adnan, Hatta hambali, dan Abay D. Subarna, disusul kemudian oleh Firdaus Alamhudi, Hendra Buana, Yetmon Amier, Said Akram, Agoes Noegroho, Abdul Aziz Ahmad, dan lain-lain. Lihat katalog Pameran Seni Rupa Kontemporer Islam Indonesia, Bandung IA-ITB, Yayasan INISAF, 27 Juli-14 Agustus 2011, di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Lihat katalog pameran lukisan Wajah Seni Lukis Islami Indonesia, 12-22 Juni 1995, di Gedung World Trade Center WTC, Jakarta Gambar Lukisan kaligrafi Pirous dan Syaiful Adnan. Goresan yang lentur penuh baru ini segera menarik dan diikuti oleh para khattat bahkan kalangan yang âsekedar senangâ terhadap kaligrafi karena memungkinkan digarap dalam teknik yang bermacam-macam seperti teknik batik dan tekstil, teknik grafis, teknik bulu, teknik kulit, teknik ukir kayu, dan bermacam-macam teknik pengerjaan logam, selain tampilan aneka bentuk ekspresi tiga dimensional yang menawarkan citra kaligrafi dalam seni rupa Islam moderen. Meskipun tidak melahirkan gaya khas Indonesia, kecuali Syaiful Adnan dengan gaya Syaifulinya, Pirous dengan gaya Pirousinya, Amang Rahman dengan gaya Amaninya, dan Said Akram dengan gaya Akraminya, beberapa goresan bebas para pelukis kaligrafi Indonesia kerap mendekati pola kaligrafi kontemporer yang lahir bersama kelahiran seni rupa kontemporer tahun 1970-an. Gaya-gaya kaligrafi ini adalah Kontemporer Tradisional, Kontemporer Figural, Kontemporer Simbolik, Kontemporer Ekspresionis, dan Kontemporer Abstrak. Katalog The Islamic Calligraphy Painting Exhibition, 25 September-2Oktober 1993, di Jakarta Hilton Executive Club, Jakarta Sirojuddin AR Perkembangan Kaligrafi ⌠227 d Angkatan Kader MTQ 1981-sekarang Perkembangan kaligrafi semakin semarak sejak dijadikan salahsatu cabang yang dilombakan dalam Musabaqah Tilawatil Qurâan MTQ dari tingkat nasional sampai tingkat daerah di seluruh Indonesia. Cabang yang diberi nama Musabaqah Khat Al-Qurâan MKQ ini selain menarik peminat, juga berhasil membibitkan kader-kader penulis dan pelukis kaligrafi dari sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi. Dari sejumlah peserta MKQ yang menyebar di pelbagai daerah, muncul para ahli bidang penulisan Naskah, Hiasan Mushaf, Dekorasi, dan Kaligrafi Kontemporer yang Sirojuddin AR, âMemahami Seni Khat Via Perhakiman MTQâ, [Makalah] Pelatihan Dewan Hakim MTQ, LPTQ Provinsi Kalimantan Barat, 1-4 April 2001, di Pontianak Gambar Contoh karya kaligrafi dekorasi hasil MTQ Nasional ke-24 tahun 2012 di Ambon. Kesempurnaan bergabungnya unsur aksara dan seni rupaMKQ berpengaruh luas dan menjadi proyek percontohan lomba-lomba kaligrafi di pelbagai instansi dan pada Peringatan Hari-hari Besar Islam. Kemunculan lomba-lomba kaligrafi pada MTQ Nasional, MTQ Mahasiswa, MTQ PTPN, MTQ KORPRI, MTQ PGRI, MTQ TelkomGroup, POSPENAS Pekan Olahraga dan Seni Pondok Pesantren Nasional, PIONIR Pekan Ilmiah, Olahraga, Seni, dan Riset, AKSIOMA Ajang Keterampilan Seni dan Olahraga Madrasah, PIONIR Pekan Ilmiah, Olah Raga, Seni, dan Riset untuk kalangan mahasiswa yang menambah kesemarakan D. Sirojuddin AR, Foto Dokumentasi MTQ Nasional ke-24/2012, di Ambon, Maluku 228 Al-TurÄᚥ Vol. XX Januari 2014 lomba kaligrafi di setiap waktu dan tempat di Indonesia, dan PENTAS Pekan Keterampilan Siswa yang memicu minat di pelbagai kalangan dan ikut mendorong produksi karya di galeri-galeri dan pasar-pasar seni. Bentuk dan teknis lomba-lomba ini secara umum sama dengan MKQ. Gerakan pembinaan via MTQ yang melahirkan banyak kader dan juara kaligrafi berbuntut pada semakin ramainya keikutsertaan para khattat/khattathah dan seniman kaligrafi Indonesia dalam Peraduan Menulis Khat ASEAN di Brunei Darussalam dua tahun sekali yang selalu dimenangkan 85 % oleh peserta dari Indonesia. Beberapa di antara mereka juga tekun mengikuti International Calligraphy Competition oleh IRCICA di Turki empat tahunan sekali, lomba kaligrafi Alburda Award di Abu Dhabi di sini dilombakan juga ornamentasi tanpa tulisan, Albaraka Calligraphy Contest oleh Albaraka Turk Bank di Turki, Baghdad International Calligraphy Competition di Irak, International Islamic Art Competition di Arab Saudi, dan Calligraphy Competition of Trengganu International Islamic Art Festival di Malaysia dua tahunan pelomba ini sangat menguasai gaya-gaya Naskhi, Tsuluts, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi, dan Riqâah bahkan Andalusi atau Maghribi dan umumnya lihai menentukan kombinasi warna-warna dan ornamen yang menjadi komponen lomba. Dari lomba kaligrafi yang dimulai pada MTQ Nasional XII 1981 di Banda Lihat katalog Koleksi Peraduan Menulis Khat ASEAN Tahun 1985-2004, Bandar Seri Begawan Pusat Daâwah Islamiah, 2005 Lihat katalog International 7th Calligraphy Competition Dedicated to Hashim Mohammed al-Baghdadi, Istanbul IRCICA, 1427 H/2006 M Lihat katalog Trengganu International Islamic Arts Festival 2013 Calligraphy Competition, Trengganu Taman Tamadun Islam, 2013 Aceh muncul nama-nama juara yang selanjutnya aktif berkarya di percetakan, pendekorasian masjid, penulisan mushaf, produksi lukisan atau mengajar dan mengelola sanggar kaligrafi, dapat disebut secara runut sejak MKQ pertama di antaranya, Darami Yunus, Muhammad Wasi, Abdul Azis Asmuni, Misbahul Munir, Mahmud Arham, Humaidi Ilyas, M. Noor Syukron, Ahmad Hawi Hasan, Nana Natsiruddin, Umi Kulsum, Ery Khaeriyah, Yayat Suryati, Titi Maswati, Ernawati, Isep Misbah, Nurkholis, Syaharuddin, Tony Salaf, M. Faroid, Siti Mahmudah, Husnul Khotimah, Abdul Kholiq, Hasanuddin, dan lain-lain. Para juara aktif MKQ, selain diikuti kader-kader pelomba, telah pula membakar semangat pembinaan kaligrafi melalui program-program pelatihan yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Tilawatil Qurâan LPTQ di kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi di seluruh Indonesia. C. Penutup Dari uraian terdahulu dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan seni kaligrafi Islam di Indonesia telah menyusuri periode panjang melalui Angkatan Perintis, Angkatan Orang-orang Pesantren, Angkatan Pelukis dan Pendobrak, dan Angkatan Kader MTQ. Masing-masing periode memiliki khas dan warna tersendiri. Perkembangan mutakhir seni kaligrafi Islam di Indonesia tidak lagi hanya sebagai hobi tetapi juga sudah menjadi warna perkembangan budaya Islam, terlebih lagi ketika seni ini sudah menjadi salah satu menu pada setiap Sirojuddin AR Perkembangan Kaligrafi ⌠229 penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qurâan MTQ, mulai dari tingkat Desa hingga tingkat Nasional. Bahkan, seni kaligrafi Islam Indonesia kita telah menjadi komoditas industri kreatif dari para penggiatnya. Daftar Pustaka Ambary, Hasan Muarif, âKaligrafi Islam Indonesia Dimensi dan Signifikasinya dari Kajian Arkeologiâ, Pidato Pengukuhan Jabatan Ahli Penelitian Utama pada Puslit Arkenas, di Jakarta, 18 Februari 1991 Ambary, Hasan Muarif, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, Jakarta Logos, 1419 H/1998 M, cet. ke-1. Arts & The Islamic World, London, 1987, Vol. 4, No. 3 Fadhaâili, Habibullah, Atlas al-Khaht wa al-Khuthuth, Damaskus Dâr ath-Thalâs, 1933, cet. ke- 1. Galeri Nasional Indonesia, Pameran Maestro Seni Rupa Indonesia Sadali Karya, Pemikiran, Penafsiran, Jakarta Galeri Nasional Indonesia, 25 juni-14 Juli 2014 George, Kenneth M. & Mamannoor, Pirous Vision, Faith and a Journey in Indonesian Art, 1955-2002, Bandung Yayasan Serambi Pirous, 2002 Husain, Abdul Karim, Khath Seni Kaligrafi, Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab, Kudus Menara Kudus, 1971 IA-ITB, Yayasan INISAF, Katalog Pameran Seni Rupa Kontemporer Islam Indonesia, Bandung IA-ITB, Yayasan INISAF, 27 Juli-14 Agustus 2011, di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. IRCICA, Katalog International 7th Calligraphy Competition Dedicated to Hashim Mohammed al-Baghdadi, Istanbul IRCICA, 1427 H/2006 M Katalog Pameran Lukisan âWajah Seni Lukis Islami Indonesia,â 12-22 Juni 1995, di Gedung World Trade Center WTC, Jakarta Katalog The Islamic Calligraphy Painting Exhibition, 25 September-2Oktober 1993, di Jakarta Hilton Executive Club, Jakarta Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qurâan Balitbang dan Diklat Kemenag RI, Programme Book Peopleâs Islamic Cultural Festival Festival Istiqlal 1995, katalog Perkembangan Mushaf, Terjemahan, dan Tafsir Al-Qurâan di Indonesia, dan katalog Bayt Al-Qurâan & Museum Istiqlal Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta 2012. LPTQ Tingkat Nasional, 25 Tahun Musabaqah Tilawatil Qurâan dan 17 Tahun Lembaga Pengembangan Tilawatil Qurâan, Jakarta LPTQ Tingkat Nasional, 1415 H/1994 M, h. 2 dan 18. Lihat pula Pedoman Musabaqah 230 Al-TurÄᚥ Vol. XX Januari 2014 Al-Qurâan 2010, Jakarta LPTQ Tingkat Nasional, 2012. Muhili, Muhammad Abdul Razaq, Tulisan Indah, Jakarta Djaja Murni, 1380 H/1961 M, cet. ke-1 Nurcahyo, Henri & Mamannoor, Ambang Cakrawala Seni Lukis Amang Rahman Jubair, Jakarta Yayasan Kembang Jati, 2001. Pusat Daâwah Islamiah, Katalog Koleksi Peraduan Menulis Khat ASEAN Tahun 1985-2004, Bandar Seri Begawan 2005. Safadi, Islamic Calligraphy, London Thames and Hudson Limited, 1978. Sirojuddin AR, D. âKaligrafi dalam Karya Lukis Indonesia Mutakhir di Antara Modifikasi Gaya Kaligrafi Tradisionalâ, pada Sarasehan Kaligrafi Islam, SCTV untuk memeriahkan Festival Istiqlal II 1995, 15 Vovember 1995, di Galeri Cipta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta ______, âMemahami Seni Khat Via Perhakiman MTQâ, [Makalah] Pelatihan Dewan Hakim MTQ, LPTQ Provinsi Kalimantan Barat, 1-4 April 2001, di Pontianak. ______, Foto Dokumentasi MTQ Nasional ke-24/2012, di Ambon, Maluku ______, âAl-Qurâan dan Reformasi Kaligrafi Arabâ, Ulumul Qurâan, no. 3, Oktober-Desember 1989. ______, âLukisan Tembok, Kaligrafi, dan Arabesâ [Artikel] dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Pemikiran dan Peradaban, Jakarta PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002. ______, âMemacu Pendidikan Seni Kaligrafi Al-Qurâan di Indonesiaâ, makalah Dialog Pengembangan Kaligrafi dalam Rangka MTQ Mahasiswa Nasional XI 2009, 25 Juli s/d 2 Agustus 2009, di Lhokseumawe ______, âPeriode Awal Sejarah Syekh Quroâ dalam majalah Promo Karawang, ed. V, Februari-April 2012. ______, âPotret dan Potensi Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesiaâ dalam LPTQ Tingkat Nasional, 25 Tahun Musabaqah Tilawatil Qurâan dan 17 Tahun Lembaga Pengembangan Tilawatil Qurâan, Jakarta LPTQ Nasional, 1415 H/1994 M. ______, Keterampilan Menulis Kaligrafi Bagi Santri Pondok Pesantren Pola Penyelenggaraan Pondok Pesantren Model Pengembangan Ilmu dan Ketrampilan, Jakarta Departemen Agama RI, 2001. ______, Pengantar Kuliah Seni Islam, Jakarta Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004. Taman Ismail Marzuki, Katalog Pameran Lukisan Amri Pameran Catatan Perjalanan Seni Lukis Batik Amri Yahya Beserta Beberapa Lukisan Cat Minyak & Cat Air, Jakarta Sirojuddin AR Perkembangan Kaligrafi ⌠231 Taman Ismail Marzuki, 7-16 November 1989. Taman Tamadun Islam, Katalog Trengganu International Islamic Arts Festival 2013 Calligraphy Competition, Trengganu 2013. Ubbadah, Abd al-Fattah, Intisyâr al-Khath al-Arabi fi al-Alam asy-Syarqi wa al-Alam al-Gharbi, Kairo Maktabah al-Kulliyyat al-Azhariyah, cet. .ke- 2. ... Salah satu daya tarik yang banyak mendapat perhatian para penulis sejarah dan kebudayaan adalah tentang dinamika pertumbuhannya yang heroik melebihi mazhab-mazhab tulisan lain di dunia. Sirojuddin 2014. Lebih lanjut dikatakan, perkembangan mutakhir seni kaligrafi Islam di Indonesia tidak lagi hanya sebagai hobi tetapi juga sudah menjadi warna perkembangan budaya Islam, terlebih lagi ketika seni ini sudah menjadi salah satu menu pada setiap penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur'an MTQ, mulai dari tingkat Desa hingga tingkat Nasional. ...... Bahkan, seni kaligrafi Islam Indonesia kita telah menjadi komoditas industri kreatif dari para penggiatnya. Sirojuddin 2014 ...M. Nur ChozinAsichul InâamAbdul Jalil JawhariKreativitas merupakan sebuah keindahan, ia lahir dari dorongan fitrah manusia yang identik pada keindahan. Semua seni yang sejalan dengan ajaran Islam disebut dengan seni islami, sebagaimana adagium populer dikatakan âSeni Islam adalah sebuah karya yang mengandung nilai estetika yang berpadu dengan nilai Islam.â Salah satu cabang seni Islam dengan kategori seni visual adalah Kaligrafi atau Khat, pada objek penelitian, pecinta kaligrafi atau disebut Kaligrafer ini tergabung ke dalam sebuah kelompok disebut Asosiasi Kaligrafi at Tanwir, dalam perjalanannya, peran asosiasi ini dapat memberikan stimulus kreativitas yang lebih baik pada para santri di pesantren. Penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dalam bentuk penelitian lapangan fiel research, dalam penggalian datanya, penulis menggunakan metode observasi, interview, dan juga dokumentasi adapun dalam teknik analisis data, penulis menggunakan triangulasi, diskusi teman sejawat dan juga member chek. Adapun hasil dari penelitian ini adalah peran asosiasi kaligrafi at tanwir terhadap pengembangan kreativitas siswa sangatlah terlihat. Hal itu terbukti dengan lebih meningkatnya kegiatan para siswa yang berkaitan dengan kreativitas.... Gambaran yang jelas tentang lambatnya pertumbuhan kaligrafi Arab sebelum diturunkannya Al-Qur'an, terlihat dari hanya adanya dua gaya kuno aksara Arab yaitu Musnad dan Nabati selama sekitar tahun sejak periode Hiroglip hingga masa kedatangan Islam. Masyarakat Arab sebelum Islam dikenal nomaden yang tidak memungkinkan hidup tumbuh dan berkembang bersama perkembangan kegiatan baca tulis, dan umumnya mereka mengenal tulisan dan bacaan hanya beberapa saat menjelang kedatangan Islam Sirojuddin ,2014. ...Pristi Suhendro LukitoyoElvida LianiIndahPratama Imanda PutraKegiatan PKM-M ini bertujuan untuk meningkatkan penghasilan masyarakat khususnya Ibu-ibu rumah tangga yang ada di Desa Suka Maju, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat. Adapun program yang dilakukan ialah pelatihan pembuatan kaligrafi dari limbah sabut kelapa. Desa Suka Maju memiliki banyak sekali tanaman pohon kelapa milik masyarakat sekitar. Selama ini masyarakat di Desa tersebut belum memiliki pemahaman mengenai pemanfaatan limbah sabut kelapa yang notabene bisa dijadikan sebuah barang yang memiliki nilai jual. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan metode teknik penyuluhan dan pelatihan. Teknik penyuluhan dalam kegiatan ini merupakan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan sabut kelapa sebagai barang yang memiliki nilai jual. Dengan demikian masyarakat memiliki pemahaman tentang pemanfaatan dan pendayagunaan limbah tersebut. Setelah melakukan penyuluhan selanjutnya dilakukankegiatan pelatihan. Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk melatih keterampilan ibu-ibu rumah tangga dalam membuat kaligrafi dari sabut kelapa. Pelatihan ini diajarkan dari tahap awal hingga akhir sehingga mereka memiliki kemampuan yang matang dalam membuat produk tersebut. Hasil dari kegiatan ini ialah Masyarakat memiliki kemampuan untuk membuat produk dari bahan limbah secara mandiri, Membuka lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga, dan Menambah penghasilan masyarakat dari hasil penjualan produk kaligrafi sabut Muharom AlbantaniAhmad Adhia AdhaAida MushoffaHelya SyafirohSeveral studies showed that Arabic khat had been widely developed in countries with a Muslim majority population. However, many previous studies have not examined the origin of the Arabic khat and its development from different periods. Therefore, this study aimed to identify the source of Arabic khat, the product and the figures from different periods, and several other things related to Arabic khat. This research was done in qualitative research with a descriptive historical approach through a literature-based study to examine data and information. The research was conducted by limiting the study's scope on Arabic khat development from the Umayyad dynasty to its expansion in Indonesia. The results showed that the Arab Khat began to develop centuries ago during the Umayyad dynasty. Three factors caused calligraphy to increase the influence of power expansion, the kings and social elites' role, and the influence of science development. Moreover, the encouragement coming from the verses of al-Qur'an, the motivation to write al-Qur'an, and the use of Arabic as al-Qur'an language are also the factors in the development of Arabic khat. Hence, it is no wonder that the term Arabic khat is synonymous with al-Qur'an's GunalanBayu Aji Pamungkas Jurnal Imajinasi FSD UnmEksplorasi bentuk tulisan Arab dalam lukisan kaligrafi merupakan usaha menemukan sesuatu bentuk tulisan baru yang diekspresikan dalam lukisan kaligrafi Masbuchin tentu berbeda dengan tulisan klasik. Kebaruan bentuk tulisan ini berfokus pada tulisan kaligrafi Arab yang diambil dalam Al-Qur'an dan diekspresikan melalui lukisan. Ekspresi bentuk tulisan yang dicapai oleh seniman tentu sangat dipengaruhi oleh faktor lain yang dapat membentuk tulisan yang baru juga dalam lukisan. Bentuk tulisan Kaligrafi Arab oleh Masbuchin merupakan hasil eksplorasi dari bentuk tulisan yang ada dalam Al-Qur'an disebut dengan tulisan klasik. Lalu diekspresikan dalam bentuk lukisan dengan gaya yang berbeda dari sebelumnya. penelitian ini berakar dari sebuah pertanyaan masalah yaitu faktor apa saja yang mendorong terjadinya eksplorasi bentuk tulisan dalam lukisan kaligrafi Arab Masbuchin. Tulisan adalah faktor utama yang selalu dipersoalkan dalam dunia seni kaligrafi Arab melalui seni lukis kaligrafi yang sedang berkembang di kalangan masyarakat saat ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan sudut pandang semiotika Pierce sebagai alat analisis. Adapun jenis instrumen yang digunakan yaitu observasi analisis berdasarkan prinsip yang berlaku pada umumnya yang dapat mengungkapkan hasil yang semestinya. Hasil penelitian ini menunjukan beberapa faktor yaitu faktor keindahan atau estetis dan faktor makna instrinsik yang terkandung pada ayat yang ada dalam Al-Qur'an, tentu sangat berdampak pada lain. Dampak dari faktor inilah yang membentuk sebuah bentuk baru yang diekspresikan oleh seniman dalam tulisan kaligrafi Arab yang ada pada lukisan kaligrafi Masbuchin. Abstract The exploration of Arabic script forms in calligraphy painting is an attempt to find a new form of writing that is expressed in Masbuchin's calligraphy paintings, which is certainly different from classical writing. The novelty of this form of writing focuses on Arabic calligraphic writing taken from the Qur'an and expressed through painting. The expression of the written form achieved by the artist is certainly greatly influenced by other factors that can form a new writing as well in the painting. Arabic calligraphy writing by Masbuchin is the result of an exploration of the written form in the Qur'an called classical writing. Then expressed in the form of a painting with a different style than before. This research is rooted from a problem question, namely what are the factors that encourage the exploration of writing forms in Masbuchin Arabic calligraphy paintings. Writing is the main factor that is always questioned in the world of Arabic calligraphy art through calligraphy painting which is currently developing in society today. This research uses a qualitative descriptive approach with Pierce's semiotic point of view as an analysis tool. The type of instrument used is observational analysis based on generally accepted principles which can reveal the proper results. The results of this study indicate several factors, namely theHaryono HaryonoSasih GunalanBayu Aji PamungkasEksplorasi bentuk tulisan Arab dalam lukisan kaligrafi merupakan usaha menemukan sesuatu bentuk tulisan baru yang diekspresikan dalam lukisan kaligrafi Masbuchin tentu berbeda dengan tulisan klasik. Kebaruan bentuk tulisan ini berfokus pada tulisan kaligrafi Arab yang di ambil dalam Al-Qurâan dan di ekspresikan melalui lukisan. Ekspresi bentuk tulisan yang dicapai oleh seniman tentu sangat dipengaruhi oleh faktor lain yang dapat membentuk tulisan yang baru juga dalam lukisan. Bentuk tulisan Kaligrafi Arab oleh Masbuchin merupakan hasil eksplorasi dari bentuk tulisan yang ada dalam Al-Qurâan disebut dengan tulisan klasik. Lalu diekspresikan dalam bentuk lukisan dengan gaya yang berbeda dari sebelumnya. penelitian ini berakar dari sebuah pertanyaan masalah yaitu faktor apa saja yang mendorong terjadinya eksplorasi bentuk tulisan dalam lukisan kaligrafi Masbuchin. Tulisan adalah faktor utama yang selalu dipersoalkan dalam dunia seni kaligrafi melalui seni lukis kaligrafi yang sedang berkembang di kalangan masyarakat saat ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan sudut pandang semiotika Pierce sebagai alat analisis. Adapun jenis metode yang digunakan yaitu metode observasi analisis berdasarkan prinsip yang berlaku pada umumnya yang dapat mengungkapkan hasil yang semestinya. Hasil penelitian ini menunjukan beberapa faktor dalam penelitian, seperti faktor keindahan atau estetis dan faktor makna instrinsik yang terkandung pada ayat yang ada dalam Al-Qurâan, tentu sangat berdampak pada lain. Dampak dari faktor inilah yang membentuk sebuah bentuk baru yang diekspresikan oleh seniman dalam tulisan kaligrafi Arab yang ada pada lukisan kaligrafi Wasilatul FirdausiyahHasan Abdul WafiThe discourse of this research lies in the presence of calligraphy on the walls of the Raudhatul Mukhlisin mosque, Jember Regency with mosque congregations. The discourse of this research lies in the existence of calligraphy on the walls of the Raudhatul Mukhlisin mosque, Jember Regency, with the mosque's congregation. This paper aims to find out the existence of calligraphy in the spirituality of the congregation in the Raudhatul Mukhlisin mosque, Jember Regency. They were assisted by using the type of phenomenological research with data collection techniques with observation, in-depth interviews, and documentation. The results of this study are that the existence of calligraphy, which can be said to be luxurious at the Raudhatul Mukhlisin mosque, not only gives a feeling of amazement, peace when looking at it and a calm heart when worshiping, but there are some jam'ah who feel disturbed when worshiping at the mosque because of its focus. Divided by calligraphy on the mosque walls has an attraction to be seen during worship. In conclusion, the existence of calligraphy on the walls of the Raudhatul Mukhlisin mosque seeks to introduce religion through calligraphy and aesthetics. In conclusion, the existence of calligraphy on the walls of the Raudhatul Mukhlisin mosque seeks to introduce religion through calligraphy and Mega KumalasariNurun Nisaa BaihaqiTulisan ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena Living Qurâan pada kaligrafi ayat-ayat Al-Qurâan sebagai ornamen masjid. Dalam penelitian ini adalah ornamen Masjid Jamiâ Al-Muhklisin Jabung, Lamongan. Hal ini menarik untuk dikaji mengingat Al-Qurâan di masyarakat tidak hanya dipahami sebagai sebuah teks yang pasif. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan pendekatan teori fenomenologi dua motif yaitu because motive dan in-order-to motive yang dikembangkan oleh Alfred Schutz. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ornamen kaligrafi ayat-ayat Al-Qurâan pada masjid tersebut memiliki dua motif. Pertama, because motive yaitu adanya inspirasi inisiator pembuat ornamen kaligrafi dari keindahan ornamen kaligrafi masjid-masjid di Turki dan adanya kekhawatiran inisiator akan kondisi keberagamaan masyarakat yang kurang antusias dengan pembelajaran Al-Qurâan. Kedua, in-order-to motive yaitu sebagai media dakwah Islam untuk menarik minat belajar masyarakat terhadap Al-Qurâan. Dengan demikian, ornamen kaligrafi ayat-ayat Al-Qurâan di suatu masjid bukan sekedar tulisan tanpa motif, melainkan memiliki motif dan sisi positif yang menggambarkan adanya dinamisasi Al-Qurâ MusthofaNurul HudaFahmi GunawanAbd Rauf Bin HasanThe art of calligraphy painting by Syaiful Adnan and its beauty are interesting to study due to their distinctive characteristics. Adnanâs script or type of writing differs from the standard style of script from the Middle East. In his hand, creative processes and various dynamics of aesthetic aspects tend to glide calmly. Syaiful Adnan has had solo and collective exhibitions at home and abroad which present the holy verses of the Qur'an as well as hadith and Mahfudzot or words of wisdom as central themes. This research uses archival research method to study various references and documentation as well as direct interviews. Data is analysed inductively by organizing it, describing it into units, synthesizing, composing into patterns, choosing what is important and what will be studied, and present it in this article. The study discovered that spiritual aspects found in Syaiful Adnanâs calligraphy painting is a form of representation of monotheism and dhikr. The oneness of Allah can easily be understood through a series of verses of the Qur'an that contain all the greatness, majesty and omnipotence of the Almighty. From here we can see that the works of Syaiful Adnan were made a communication medium for the audience's awareness and Syaiful Adnan's own self. Furthermore, Syaiful's calligraphy is also a form of visual dhikr, reading and realizing continuously about the verses of Catatan Perjalanan Seni Lukis Batik Amri Yahya Beserta Beberapa Lukisan Cat Minyak & Cat AirLihat Pameran Lukisan AmriLihat Pameran Lukisan Amri Pameran Catatan Perjalanan Seni Lukis Batik Amri Yahya Beserta Beberapa Lukisan Cat Minyak & Cat Air, Jakarta Taman Ismail Marzuki, 7-16 November 1989Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam IndonesiaHasan AmbaryMuarifAmbary, Hasan Muarif, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, Jakarta Logos, 1419 H/1998 M, cet. al-Khaht wa al-Khuthuth, Damaskus Dâr ath-ThalâsHabibullah Fadha'iliFadha'ili, Habibullah, Atlas al-Khaht wa al-Khuthuth, Damaskus Dâr ath-Thalâs, 1933, cet. Vision, Faith and a Journey in Indonesian ArtKenneth M GeorgeA D MamannoorGeorge, Kenneth M. & Mamannoor, Pirous Vision, Faith and a Journey in Indonesian Art, 1955-2002, Bandung Yayasan Serambi Pirous, 2002International 7th Calligraphy Competition Dedicated toKatalog IrcicaIRCICA, Katalog International 7th Calligraphy Competition Dedicated to Hashim Mohammed al-Baghdadi, Istanbul IRCICA,Wajah Seni Lukis Islami IndonesiaKatalog Pameran LukisanKatalog Pameran Lukisan "Wajah Seni Lukis Islami Indonesia," 12-22 Juni 1995, di Gedung World Trade Center WTC, JakartaKaligrafi dalam Karya Lukis Indonesia Mutakhir di Antara Modifikasi Gaya Kaligrafi Tradisional", pada Sarasehan Kaligrafi Islam, SCTV untuk memeriahkan Festival Istiqlal II 1995, 15 Vovember 1995, di Galeri CiptaA R SirojuddinSirojuddin AR, D. "Kaligrafi dalam Karya Lukis Indonesia Mutakhir di Antara Modifikasi Gaya Kaligrafi Tradisional", pada Sarasehan Kaligrafi Islam, SCTV untuk memeriahkan Festival Istiqlal II 1995, 15 Vovember 1995, di Galeri Cipta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta ______, "Memahami Seni Khat Via Perhakiman MTQ", [Makalah]Katalog Pameran Lukisan Amri Pameran Catatan Perjalanan Seni Lukis Batik Amri Yahya Beserta Beberapa Lukisan Cat Minyak & Cat AirTaman Ismail MarzukiTaman Ismail Marzuki, Katalog Pameran Lukisan Amri Pameran Catatan Perjalanan Seni Lukis Batik Amri Yahya Beserta Beberapa Lukisan Cat Minyak & Cat Air, Jakarta
Sebagianbesar umat Muslim menyatakan penggambaran Nabi Muhammad dilarang. Apakah pelarangan ini seragam di semua komunitas Muslim?
- Simak pengertian kaligrafi dalam artikel ini. Selain itu, terdapat juga sejarah persebaran kaligrafi di Indonesia. Lantas apa itu kaligrafi? Dikutip dari KBBI, kaligrafi adalah seni menulis indah dengan pena. Baca juga Apa Itu Qada dan Qadar? Berikut Penjelasan, Contoh dan Hikmah Beriman Kepada Qada dan Qadar Baca juga Apa Itu Fotosintesis? Berikut Pengertian, Proses dan Manfaatnya bagi Kehidupan Bangkit Dari Pandemi - Pengrajin kaligrafi sedang berbincang dengan pengunjung di Galery Hidayah dalam pameran kerajinan dan umkm di Atrium Mal Ciputra Semarang, Sabtu 12/12/20. TRIBUN JATENG/TRIBUN JATENG/HERMAWAN HANDAKA Di Indonesia, kaligrafi Arab lebih dikenal dibanding seni kaligrafi lainnya. Satu dari beberapa penyebab yakni karena perkembangan seni kaligrafi Arab cukup mendapatkan posisi dan sudah di bawa serta dikenalkan pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Hal ini dapat dilihat bahwa kaligrafi menjadi salah satu peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan Islam. Dalam buku Seni Kaligrafi 1985 oleh Abdul Karim Husain, kata kaligrafi berasa dari bahasa latin yang terdiri dari kalios calios artinya indah dan graf graph yang berarti gambar atau tulisan. Dalam bahasa Inggris dikenal istilah Calligraphy, yaitu lisan indah dan seni menulis indah. Tulisan halus yang obyeknya huruf Jawa, Latin, Jepang, hindi, China, Rusia, dan lainnya disebut kaligrafi. Sedangan dalam bahsa Aran disebut Khat yang artinya garis atau tulisan indah. Pengertian kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya dan cara merangkainya menjadi tulisan yang tersusun. Baca juga Apa Itu Teks Persuasif? Berikut Pengertian, Struktur, Kaidah Kebahasaan dan Contohnya Kaligrafi di Indonesia Berdasarkan buku Dasar-Dasar Linguistik 1990 oleh Djoko Kentjono, kedatangan agama Islam di Indonesia menyebabkan tersebarnya aksara Arab. Akasara tersebut tidak hanya digunakan untuk naskah berbahasa Arab atau Al-Qur'an, melainkan juga untuk bahasa Melayu yang disebut Pegon huruf Jawi. Huruf ini juga digunakan sebagai medium pengajaran dan penulisan di sekolah dan pada penulisan kitab, terutama di pesantren. Perkembangan kreativitas seniman lokal Indonesia dalam memahat seni kaligrafi mulai diaplikasikan pada batu nisan.
Sejarahperpustakaan di Indonesia tergolong masih muda jika dibandingkan dengan negara Eropa dan Arab. Jika kita mengambil pendapat bahwa sejarah perpustakaan ditandai dengan dikenalnya tulisan, maka sejarah perpustakaan di Indonesia dapat dimulai pada tahun 400-an yaitu saat lingga batu dengan tulisan Pallawa ditemukan dari periode Kerajaan Kutai.
Alasan munculnya gambar kaligrafi di Indonesia adalah âŚ. kaligrafi lebih mudah dibanding dengan melukis binatang di Indonesia banyak orang yang memiliki keahlian di bidang seni kaligrafi telah memainkan peranan penting bagi perkembangan agama Islam di Indonesia dalam ajaran Islam lukisan berupa makhluk hidup dilarang e. Karena kaligrafi berarti tulisan indah Jawaban kaligrafi telah memainkan peranan penting bagi perkembangan agama Islam di IndonesiaPenjelasanmaaf klo salah Jawaban Jawaban yang benar adalah dalam ajaran islam lukisan berupa mahkluk hidup dilarang Penjelasanjadikan jawaban yang terbaik ya plis.......
Melukisadalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada
JAKARTA â Kaligrafi Arab yang berasal dari jazirahnya itu sangat populer bagi kalangan Muslim, dan cukup populer juga di kalangan non-Muslim. Kaligrafi Arab merupakan seni yang tak lepas dari perkembangan risalah Islam yang dibawa Rasulullah SAW. Berdasarkan Hasan Muarif Hambary dalam bukunya Jejak Arkeologis dan Historis Islam di Indonesia, tulisan Arab atau kaligrafi Arab merupakan perkembangan lebih lanjut dari alfabet semitik. Alfabet ini terdiri dari konsonan, dan hanya tiga huruf vokal yang berbunyi panjang yang menyertainya. Melalui dakwah Rasul, bahasa Arab kemudian menjadi bahasa Islam dan selanjutnya dikenal secara universal. Namun sebelum kedatangan Islam, alfabet Arab memang telah berkembang mengarah kepada kaligrafi. Hal itu sejalan dengan tradisi Arab pra-Islam tentang perlombaan menyusun syair. Menurutnya, sebagaimana dijabarkan dalam buku tersebut, sebelum kertas belum ditemukan dan pohon papyrus merupakan bahan media penulisan kala itu, telah terdapat dua tipe tulisan yang menjadi cikal-bakal perkembangan seni kaligrafi. Dua tipe itu antara lain gaya naskh yang berbentuk miring cursive dengan bundaran-bundaran yang mudah dituliskan, lalu yang kedua adalah tipe kufi. Adapun tipe kufi ini cukup populer dan dipakai secara luas oleh masyarakat Mekkah, Madinah, dan Kufah. Sehingga di kemudian hari tipe kufi ini akhirnya dijadikan huruf resmi untuk menuliskan Alquran. Gaya kufi secara umum bersudut angular, sering ditemukan berupa ukiran atau pahatan pada makam, prasasti, dan mata uang. Kaligrafi gaya kufi ini nyatanya berkembang hingga masa sekarang, dan telah umum digunakan di berbagai dunia Islam. Peneliti kaligrafi, Ibnu al-Nadim menyatakan, terdapat palin tidak 12 gaya tulisan pokok dengan 12 variasi dalam kaligrafi Islam. Namun, sangat sukar untuk mencari bukti-bukti tipologi yang banyak itu jika hanya mengamati bukti-bukti dari Alquran. Adapun Peneliti Kaligrafi lainnya, Ibnu Muqla, mengklasifikasikan enam jenis kaligrafi yang berkembang dalam dunia Islam. Keenam tipe itu antara lain sulus, nashk, rihan, muhaqqaq, tauqi, dan riqa. Karena itu dia mengklaim, bahwa para ahli kaligrafi kemudian berpendapat ibu atau induk dari kaligrafi adalah sulus dan orang-orang Persia terutama dari kalangan seniman mengembangkan gaya lain yang disebut taâliq. Tipe taâliq ini sebenarnya merupakan pengembangan dari kaligrafi tipe riqa dan tauqi. Kaligrafi di Indonesia Dalam arkeologi, terutama arkeologi di Indonesia, tulisan merupakan sumber informasi penting sebagai warisan catatan kehidupan dan masa lampau. Jejak-jejak sejarah dapat ditelusuri dari hadirnya teks ataupun tulisan yang terpahat di suatu wadah tertentu. Kaligrafi Arab telah ditemukan dalam nisan-nisan di makam Muslim misalnya, atas nama Fatimah binti Maimun yang wafat pada tahun 1082 Masehi. Selain makam tersebut, terdapat makam lainnya yang nisanya dipahat dengan kaligrafi bertipe kufiâmeski hanya sebagian kecil saja pada inkripsi basmallah. Makam-makam ini berasal antara lain pada abad 15 Masehi. Ditinjau dari sudut pandang kaligrafis, tampak bahwa pada makam-makam Aceh yang berkembang pada abad 17-18, tulisan dalam pahatan nisanya memperlihatkan gaya-gaya kaligrafi tipe sulus dan naskh. Tak hanya itu, terdapat bukti yang cukup menggambarkan bahwa masyarakat Muslim Indonesia kala itu memiliki nilai estetik yang tinggi dengan merekayasa kesenian. Misalnya, bahan batu kerap dijadikan penerapan ekspresi seni pada makam-makam tersebut yang memiliki bobot satu ton. Salah satu contoh karya kaligrafis yang indah, terdapat pada makam Sultan Ibrahim Mansur Shah yang terletak di Komplek Museum Negeri Aceh, serta beberapa makam raja Aceh, dan di Komplek Makam Kandang XII. Kemahiran para seniman Aceh kala itu memungkinkan adanya kaligrafi untuk dijadikan media ekspresi seni yang digemari masyarakat Nusantara. Seperti Malaysia, Thailand, dan Brunei Darussalam. Seiring berjalannya waktu, perkembangan kaligrafi Indonesia juga terjadi di wilayah Cirebon. Di mana wilayah tersebut merupakan wilayah penghasil produk seni dengan diberi nama Produk Trusmi. Dalam karya kaligrafi kontemporer ini, baik yang dihasilkan dalam panel kayu, bahan kaca, kain, atau daun-daunan terdapat unsur atau pengaruh seni Indoensia asli. Sentuhan Indonesia dala kaligrafi ini merupakan perwujudan wayang sebagai objek karya seni. Para seniman di abad ke-17 dan 19 berusaha menggunakan media wayang sebagai objeknya. Namun karena merupakan perwujudan makhluk, wayang juga digambarkan tersamar dalam bentuk kaligrafi Arab dan tidak mengacu pada identitas atau nama tokoh pewayangan. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
Sebelummasuknya pengaruh Hindu-budha, bangsa Indonesia sudah memiliki system kepercayaan tersendiri, yaitu Animisme (percaya pada roh nenek moyang) dan dinamisme (percaya pada benda). Masuknya agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia memeluk agama Hindu-Budha. Terjadi adanya sinkritisme yaitu penyatuan paham-paham
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Jika menyebut seni kaligrafi belum tentu bertuliskan Arab atau bertuliskan ayat suci al-Quran. Banyak tulisan lain seperti Jepang, Cina, dan Yunani, yang juga memiliki seni visual bahasa kaligrafi bermakna seni tulisan indah, yang berasal dari bahasa Yunani allos yakni indah dan graphein. Kaligrafi Arab khat arab atau yang sering dikenal dengan kaligrafi Islam hanyalah salah satunya, dan Muslimin Indonesia terbiasa menyebut kaligrafi pada huruf Arab yang tertuang dalam ayat suci Al-qurâan. Bagi bangsa Arab, tulisan pun sebetulnya bukanlah hal yang utama. Bangsa Arab pada masa lalu lebih bangga dengan lisan yang pandai bersyair ketimbang menulis indah. Kebudayaan menulis sangat minim dilakukan. Jikalau ada syair yang amat cantik, itu pun hanya ditulis jika akan digantungkan pada Kaâbah. Pun ketika Islam datang. Alquran hanyalah disimpan dalam memori para sahabat. Kitabullah baru ditulis setelah banyak hafiz yang wafat di medan pertempuran. Maka, barulah dimulai penulisan Al-Qurâan pada masa khalifah Abu Bakar Ash Shidiq dan disusun rapi pada masa khalifah Utsman bin heran jika pada generasi awal Islam, kaligrafi bukan sesuatu yang diperhatikan. Meski aksara Arab diperkirakan telah muncul seabad sebelum Islam datang, kaligrafi baru muncul pada abad kedua dan ketiga Hijriyah. Meski perkembangannya lamban, kaligrafi pun mulai mendapat tempat di hati masyarakat Muslim. "Workshop Kaligrafi Arab di STIBA Araayah Sukabumi"/dokpri Akhir-akhir ini Kaligrafi Arab di Indonesia semakin banyak peminatnya . Terbukti dengan banyaknya sanggar - sanggar Kaligrafi, bahkan ada Pondok yang mendirikan Khusus untuk mengembangkan seni Islam ini, seperti Lemka Sukabumi, Sakal Jombang, PSKQ Kudus ,dan masih banyak yang lainnya. Ditambah banyaknya event atau lomba - lomba kaligrafi di berbagai acara .Dan salah satu lomba Kaligrafi yang paling bergengsi di Indonesia yaitu Cabang Kaligrafi dalam Acara MTQ yang di usung oleh ustad Dr Didin Sirojuddin AR yang dimana Kaligrafi merupakan salah satu cabang dalam MTQ yang paling di lirik oleh hari pegiat Kaligrafi Arab semakin berkembang, bukan hanya kuantitasnya saja tapi kualitas para kaligrafer Indonesia yang semakin hari semakin mengungguli para kaligrafer timur tengah. Terbukti dari banyaknya para kaligrafer Indonesia yang mengikuti kompetisi Kaligrafi Arab tingkat ASEAN bahkan Internaisonal, dan tidak jarang mendapatkan juara. Selain banyak diminati dan sudah menjadi seni yang luar biasa keindahannya di Indonesia, banyak manfaat yang tertuang khusus saat mempelajari Kaligrafi Arab, diantaranya1. Menjaga al-Qurâan dan sunahKaligrafer orang yang menulis kaligrafi termasuk ke dalam orang yang berperan dalam menjaga al-Qurâan dan sunah selain para hafidzhoh, karena mereka membuat al-Qurâan dan sunah menjadi tertulis dan tulisan itu dapat tersebar dan tersampaikan kepada banyak orang, dengan begitu al-Qurâan dan sunah tidak punah. 1 2 3 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
kerajaanyang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. 2. Gambar 1.1. Peta pengaruh para pelaut Cina (Sumber: Chalid Latif: Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia, halaman 7) Hal yang menarik di Indonesia. adalah adanya kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha yaitu Kerajaan. Munculnya agama Islam di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh.
Di Indonesia, kaligrafi merupakan bentuk seni budaya Islam yang pertama kali ditemukan, bahkan ia menandai masuknya Islam di Indonesia. Ungkapan rasa ini bukan tanpa alasan karena berdasarkan hasil penelitian tentang data arkeologi kaligrafi Islam yang dilakukan oleh Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary, kaligrafi gaya Kufi telah berkembang pada abad ke-11, datanya ditemukan pada batu nisan makam Fatimah binti Maimun di Gresik wafat 495 H/1082 M dan beberapa makam lainnya dari abad-abad ke-15. Bahkan diakui pula sejak kedatangannya ke Asia Tenggara dan Nusantara, disamping dipakai untuk penulisan batu nisan pada makam-makam, huruf Arab tersebut baca kaligrafi memang juga banyak dipakai untuk tulisan-tulisan materi pelajaran, catatan pribadi, undang-undang, naskah perjanjian resmi dalam bahasa setempat, dalam mata uang logam, stempel, kepala surat, dan sebagainya. Huruf Arab yang dipakai dalam bahasa setempat tersebut diistilahkan dengan huruf Arab Melayu, Arab Jawa atau Arab Pegon. Pada abad XVIII-XX, kaligrafi beralih menjadi kegiatan kreasi seniman Indonesia yang diwujudkan dalam aneka media seperti kayu, kertas, logam, kaca, dan media lain. Termasuk juga untuk penulisan mushaf-mushaf al-quran tua dengan bahan kertas deluang dan kertas murni yang diimpor. Kebiasaan menulis al-Qurâan telah banyak dirintis oleh banyak ulama besar di pesantren-pesantren semenjak akhir abad XVI, meskipun tidak semua ulama atau santri yang piawai menulis kalgrafi dengan indah dan benar. Amat sulit mencari seorang khattat yang ditokohkan di penghujung abad XIX atau awal abad XX, karena tidak ada guru kaligrafi yang mumpuni dan tersedianya buku-buku pelajaran yang memuat kaidah penulisan kaligrafi. Buku pelajaran tentang kaligrafi pertama kali baru keluar sekitar tahun 1961 karangan Muhammad Abdur Razaq Muhili berjudul Tulisan Indahâ serta karangan Drs. Abdul Karim Husein berjudul Khat, Seni Kaligrafi Tuntunan Menulis Halus Huruf Arabâ tahun 1971. Pelopor angkatan pesantren baru menunjukkan sosoknya lebih nyata dalam kitab-kiab atau buku-buku agama hasil goresan tangan mereka yang banyak di tanah air. Para tokoh tersebut antara lain; Abdur Razaq Muhili, H. Darami Yunus, H. Salim Bakary, Salim Fachry dan RofiâI Karim. Angkatan yang menyusul kemudian sampai angkatan generasi paling muda dapat disebutkan antara lain Muhammad Sadzali murid Abdur Razaq, K. Mahfudz dari Ponorogo, Faih Rahmatullah, Rahmat Ali, Faiz Abdur Razaq dan Muhammad Wasiâ Abdur Razaq, H. Yahya dan Rahmat Arifin dari Malang, D. Sirojuddin dari Kuningan, M. Nur Aufa Shiddiq dari Kudus, Misbahul Munir dari Surabaya, Chumaidi Ilyas dari Bantul dan lainnya. D. Sirajuddin AR selanjutnya aktif menulis buku-buku kaligrafi danmengalihkan kreasinya pada lukisan kaligrafi. Dalam perkembangan selanjutnya, kaligrafi tidak hanya dikembangkan sebatas tulisan indah yang berkaidah, tetapi juga mulai dikembangkan dalam konteks kesenirupaan atau visual art. Dalam konteks ini kaligrafi menjadi jalan namun bukan pelarian bagi para seniman lukis yang ragu untuk menggambar makhluk hidup. Dalam aspek kesenirupaan, kaligrafi memiliki keunggulan pada faktor fisioplastisnya, pola geometrisnya, serta lengkungan ritmisnya yang luwes sehingga mudah divariasikan dan menginspirasi secara terus-menerus. Kehadiran kaligrafi yang bernuansa lukis mulai muncul pertama kali sekitar tahun 1979 dalam ruang lingkup nasional pada pameran Lukisan Kaligrafi Nasional pertama bersamaan dengan diselenggarakannya MTQ Nasional XI di Semarang, menyusul pameran pada Muktamar pertama Media Massa Islam se-Dunia than 1980 di Balai Sidang Jakarta dan Pameran pada MTQ Nasional XII di Banda Aceh tahun 1981, MTQ Nasional di Yogyakarta tahun 1991, Pameran Kaligrafi Islam di Balai Budaya Jakarta dalam rangka menyambut Tahun Baru Hijriyah 1405 1984 dan pameran lainnya. Para pelukis yang mempelpori kaligrafi lukis adalah Prof. Ahmad Sadali Bandung asal Garut, Prof. AD. Pirous Bandung, asal Aceh, Drs. H. Amri Yahya Yogyakarta, asal Palembang, dan H. Amang Rahman Surabaya, dilanjutkan oleh angkatan muda seperti Saiful Adnan, Hatta Hambali, Hendra Buana dan lain-lain. Mereka hadir dengan membawa pembaharuan bentuk-bentuk huruf dengan dasar-dasar anatomi yang menjauhkannya dari kaedah-kaedah aslinya, atau menawarkan pola baru dalam tata cara mendesain huruf-huruf yang berlainan dari pola yang telah dibakukan. Kehadiran seni lukis kaligrafi tidak urung mendapat berbagai tanggapan dan reaksi, bahkan reaksi itu seringkali keras dan menjurus pada pernyataan perang. Namun apapun hasil dari reaksi tersebut, kehadiran seni lukis kaligrafi dianggap para khattat sendiri membawa banyak hikmah, antara lain menimbulkan kesadaran akan kelemahan para khattat selama ini, kurang wawasan teknik, kurang mengenal ragam-ragam media dan terlalu lama terisolasi dari penampilan di muka khalayak. Kekurangan mencolok para khattat, setelah melihat para pelukis mengolah karya mereka adalah kelemahan tentang melihat bahasa rupa yang ternyata lebih atau hanya dimiliki para pelukis. Perkembangan lain dari kaligrafi di Indonesia adalah dimasukkan seni ini menjadi salah satu cabang yang dilombakan dalam even MTQ. Pada awalnya dipicu oleh sayembara kaligrafi pada MTQ Nasional XII 1981 di Banda Aceh dan MTQ Nasional XIII di Padang 1983. Sayembara tersebut pada akhirnya dipandang kurang memuaskan karena sistemnya adalah mengirimkan hasil karya khat langsung kepada panitia MTQ, sedangkan penulisannya di tempat masing-masing peserta. MTQ Nasional XIV di Pontianak meniadakan sayembara dan MTQ tahun selanjutnya kaligrafi dilombakan di tempat MTQ. sumber
DalamUU ITE pasal 27 ayat 1, disebutkan, para pelanggar UU ITE adalah setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Sedangkan pasal 32 ayat 2, menyebutkan pelanggar
Dalammendaki gunung ditentukan oleh faktor ekstern dan intern. Inilah 41 istilah dalam pendakian. Dengan mempelajari istilah ini, lo akan memahami situasi di atas gunung lebih baik. Tracking memiliki arti yang hampir sama dengan hiking, yaitu berjalan panjang dengan menggunakan kaki. Persiapan bagi seorang pendaki gunung.
. 9fico77c2f.pages.dev/7079fico77c2f.pages.dev/809fico77c2f.pages.dev/9999fico77c2f.pages.dev/6559fico77c2f.pages.dev/9949fico77c2f.pages.dev/8489fico77c2f.pages.dev/5639fico77c2f.pages.dev/509fico77c2f.pages.dev/1649fico77c2f.pages.dev/4499fico77c2f.pages.dev/9299fico77c2f.pages.dev/1049fico77c2f.pages.dev/7719fico77c2f.pages.dev/3009fico77c2f.pages.dev/970
alasan munculnya gambar kaligrafi di indonesia adalah